Rabu, 19 Februari 2020

Buat Teman-Teman yang Mengutip dari Tulisan di Blog ini

Assalamualaikum wrwb

Buat Teman-Teman yang Mengutip dari Tulisan di Blog ini, mohon berkenan menyebutkan sumbernya. Insya Allah, semua tulisan di blog ini merupakan tulisan saya pribadi. Terima kasih.

Salam
Dr. Ali Sakti, MEc
Peneliti - Penulis

Pengaruh Keimanan terhadap Konsumsi

Pengaruh keimanan dalam prilaku konsumsi agregat mungkin dapat dilakukan dengan melakukan penyesuaian pada persamaan konsumsi agregat. Penyesuaian tersebut dengan mengklasifikasikan kelompok konsumsi masyarakat miskin (mustahik) dan konsumsi masyarakat kaya (muzakki).


Dari kelompok masyarakat muzakki akan terlihat pengaruh keimanan dalam prilaku konsumsi mereka, yang direpresentasikan oleh koefisien marginal propensity to consume (MPC = b)-nya. Apabila diasumsikan bahwa pendapatan yang dapat dibelanjakan (Yd) akan dibelanjakan berupa barang/jasa dan amal shaleh (infak/sedekah/wakaf dll), maka c akan mencerminkan MPC barang/jasa dan d akan mencerminkan MPC amal shaleh.


Diperkirakan keimanan yang meningkat akan mendorong MPC amal shaleh (d) akan membesar dan MPC barang/jasa akan mencerminkan belanja tingkat kebutuhan pokoknya saja. Dengan begitu kepuasan yang selalu dibentuk oleh konsumen adalah kepuasan maksimal menggunakan budget constrain (GX) pada tingkat kebutuhan pokok dan amal shaleh yang paling tinggi. Artinya, keimanan akan mendorong pelaku ekonomi secara individual untuk memaksimalkan belanja amal shalehnya. 



Senin, 18 November 2019

Tantangan Penguatan Teori Ekonomi Islam



Pijakan teori ilmu ekonomi Islam dengan asumsi-asumsi yang kuat, sepertinya belakangan ini cenderung terabaikan . Perhatian para akademisi sepertinya teralihkan dengan kebutuhan pada sektor industri ekonomi dan keuangan syariah yang bersifat jangka pendek, yang membutuhkan alternatif dan solusi pada aktifitas-aktifitasnya. Hal ini terlihat pada topik-topik riset ekonomi dan keuangan syariah di banyak jurnal ilmiah pada 10 tahun terakhir.

Berdasarkan buku-buku ekonomi dan keuangan Islam yang ada, buku teks teori ilmu ekonomi Islam dalam 10 tahun terakhir jarang tersedia atau diterbitkan. Buku yang bersifat teori masih mengacu pada buku yang disusun oleh Umer Chapra, Monzer Kahf, Nejatullah Siddiqi, Haider Naqvi atau Muhammad Abd Mannan, yang kebanyakan ditulis 30 tahun yang lalu. Buku ekonomi dan keuangan Islam yang tahun-tahun terakhir ini diterbitkan dan beredar lebih banyak menggambarkan aplikasi modern dan perkembangan industri.

Padahal dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, krisis besar terjadi di jantung ekonomi dan keuangan kapitalis, dan perkembangan kompleksitas aktifitas ekonomi dan keuangan syariah sudah tidak sama seperti dulu. Sepatutnya ini menjadi motivasi untuk menuliskan kembali dasar-dasar teori ilmu ekonomi Islam, bukan hanya menguatkan atau mengkoreksi teori yang sudah dituliskan oleh para pakar "klasik" ekonomi Islam, tetapi juga memunculkan teori-teori baru dalam bidang yang dahulu belum muncul, seperti moneter Islam, keuangan sosial dan mikro syariah, ekonomi dan keuangan publik dan lain-lain.     

Ekonom Islam di Indonesia sepatutnya melihat ini sebagai kesempatan untuk tampil menyajikan pemikiran baru dalam ilmu ekonomi Islam. Mengapa? Karena Indonesia memiliki variasi aktifitas dan lanskap ekonomi - keuangan syariah yang relatif lengkap, dengan tingkat kedisiplinan pada prinsip syariah yang cukup baik di dunia. Banyaknya jumlah perguruan tinggi atau sekolah yang mengajarkan ekonomi dan keuangan Islam, juga menjadi motivasi signifikan untuk menyusun banyak buku-buku teori. 

Minggu, 03 November 2019

Peran Sektor Sosial Islam dalam Perekonomian


Keuangan sosial atau sektor sosial Islam memainkan peranan yang tak kalah signifikan dalam meningkatkan penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat. Keuangan sosial Islam melalui instrumen wakaf akan mendorong batas kemungkinan produksi (production possibility frontier) dari perekonomian meningkat. Dengan begitu, otomatis meningkatkan kepuasan sosial masyarakat. Uniknya, peningkatan ini sangat dipengaruhi oleh keimanan rakyat pemilik harta. Keimanan menentukan tingkat kepuasan sosial, mengapa tidak! Makanya dalam Islam, volume ekonomi juga dipengaruhi oleh keimanan rakyat. Oleh sebab itu, penting bagi pemerintah untuk terus berupaya meningkatkan level dari keimanan rakyatnya. 

Rabu, 13 September 2017

SALAM

Lama saya tidak menulis di blog ini, saya buka kembali dengan memposting tulisan lama "Peradaban Kapitalisme" yang saya tulis tahun 2008. Saya merasa kondisi saat ini sesuai dengan apa yang saya maksud dengan kehancuran peradaban kapitalisme. Bahwa kehancuran kapitalisme secara ekonomi akan berlangsung sempurna jika semua perangkat pendukung terutama politik juga ikut hancur. Kondisi dunia saat ini saya yakini menuju ke kondisi tersebut, dimana perang menjadi medium kehancurannya.Lebih lengkapnya silakan kembali baca tulisan Peradaban Kapitalisme ini. semoga bermanfaat.

sakti
13/9/2017

Peradaban Kapitalisme


Banyak yang telah menunjukkan euphoria kemenangan, dengan mengatakan bahwa saatnyalah kehancuran ekonomi kapitalis, sampai-sampai, gringo-gringgo dan kamerad-kamerad ekonomi sosialis di Amerika Latin dan sisa-sisanya di Eropa Timur, turun kejalan merayakan euphoria itu. Hugo Chaves Presiden Venezuela memimpin langsung perayaan itu di jalan-jalan ibukota Venezuela, bahkan khabarnya menetapkan hari kehancuran keuangan Amerika/Kapitalis yang ditandai dengan likuidasi Lehman Brothers sebagai hari libur nasional.

Betulkah kapitalisme segera menutup usianya? Sejauh mana sih kehancurannya? Pertanyaan ini yang tidak sedikit membuat perdebatan baru dikalangan oponen Kapitalisme. Mereka terbagi menjadi dua golongan ekstrem; golongan realistic dan golongan militant. Golongan realistic merasa bahwa kapitalisme terlalu raksasa untuk tumbang, yang akan terjadi akhirnya hanyalah restrukturisasi kapitalisme, dimana at the end of the day kapitalisme tetap akan berdiri tegak tapi wajah dan aromanya telah berganti. Sementara golongan militant yakin bahwa ekonomi kapitalisme akan hancur-sehancur-hancurnya, seperti hancurnya hegemoni golongan gereja dalam bernegara sebelum revolusi industry di Eropa.

Saya mungkin terlalu lama merenung dan memikirkan ini, sebelum secara jelas mengambil posisi ada dimana; realistic atau militant. Saya mulai percaya bahwa kapitalisme saat ini tidak sekedar hanya sebagai system ekonomi, tetapi ia telah menjelma menjadi raksasa yang sangat besar. Kapitalisme telah menjadi peradaban bagi manusia modern saat ini. Karena perannya sudah melintas batas, bukan hanya ada di ranah ekonomi. Tetapi kapitalisme eksis dan membumi di wilayah politik, hukum, budaya dan pendidikan. Tidak salah memang jika ekonomi digelari sebagai Queen of Science.

Kapitalisme merubah wajah politik monarki dan musyawarah menjadi politik pasar yang kita sebut demokrasi. Pemimpin dipilih melalui mekanisme pasar berdasarkan pertemuan kekuatan demand rakyat dan supply politikus partai politik. Betul-betul wilayah politik berubah menjadi pasar atau sektor “ekonomi” jenis baru dalam imperium ideologi kapitalisme. Politik tidak menjadi alat pelayanan terhadap rakyat, politik berubah menjadi lahan mencari nafkah, bahkan pembukaan jurusan di perguruan tinggi terkesan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan laborforce di wilayah ini.

Pada wilayah hukum, ayat-ayat hukum dirumuskan dan dikembangkan menggunakan patern yang sama dengan apa yang sudah kapitalisme lakukan pada wilayah politik. Ayat-ayat hukum terformulakan berdasarkan kebutuhan pasar dan kecenderungan pasar. Sampai-sampai proses hukum mutakhir terkesan hanya berfungsi bagi mereka yang secara ekonomi terpinggirkan. Bagi mereka yang berdiri gagah memegang kendali pasar, para konglomerat dan politikus, hukum tidak memiliki taring.

Bagaimana dengan budaya? Lihatlah, budaya yang bertahan di semua belahan dunia adalah budaya yang diterima dan masuk dalam mekanisme pasar. Budaya yang memiliki nilai jual, memiliki demand di pasar, itulah yang budaya yang bertahan. Budaya pada lagu menjadi industri yang cukup besar, tapi hampir semuanya bukanlah lagu-lagu pada ajakan kebajikan. Budaya pakaian, industrinya yang berkembang adalah industri yang bersandar pada mekanisme pasar, dimana pasar cenderung meminta pakaian-pakaian berbahan baku terbatas alias pakaian umbar aurat.

Kapitalisme juga jelas terlihat jejaknya di dunia pendidikan. Lihat kurikulum pendidikan, lihat disiplin ilmu dan jurusan-jurusan yang ditawarkan. Lihat dunia pendidikan yang kini perlahan-lahan berubah menjadi industri. Sekolah pada semua jenjang berubah menjadi pabrik untuk mengeluarkan manusia-manusia robot atau buruh yang diminta pasar. Paradigma orang tua terhadap kesuksesan anaknya mengacu pada standard-standard kesuksesan materi kapitalisme, sehingga jurusan-jurusan terkemuka/terpandang  di perguruan tinggi adalah jurusan-jurusan yang menjanjikan kesuksesan kapitalisme.

Jadi, lengkaplah kapitalisme menguasai semua subsistem peradaban manusia. Atau lebih tepatnya kapitalisme itulah peradaban modern ummat manusia saat ini. Dengan pemahaman seperti ini, mungkin keruntuhan ekonomi Amerika dan Eropa yang saat ini tengah berlangsung, sangatlah prematur untuk dijadikan landasan argumen bahwa kapitalisme akan runtuh.  Kalaupun keruntuhan ekonomi betul terjadi, kapitalisme akan mampu membangun lagi, karena kapitalisme telah menjadi worldview dalam diri manusia, telah berubah menjadi norma masyarakat, telah melebur dalam kurikulum-kurikulum pendidikan. Artinya kehancuran kapitalisme secara utuh harus juga diikuti dengan kehancuran generasi dan sistem penopang peradaban kapitalisme.

Dengan demikian, prediksi yang paling logis dari skenario kehancuran kapitalisme salah satunya adalah peperangan. Tetapi sebelum itu terjadi, jikapun peradaban kapitalisme harus hancur, sepatutnya telah ada benih generasi dan sistem peradaban penggantinya. Saat ini yang sangat kuat menjadi kandidat itu adalah Islam. Sehingga hipotesanya jika peperangan itu terjadi, adalah peperangan peradaban kapitalisme dan peradaban Islam. Perseteruannya telah nampak saat ini, tetapi entah kapan pertempuran final akan terjadi.

Buat rekan-rekan aktifis dakwah, mujahid ekonomi syariah dan para pemerhati, saya yakin terlibat atau tidak terlibat anda dalam “pertarungan” itu, gerbong peradaban Islam ini tetap akan melaju menuju pada tujuannya yaitu mengambil alih kuasa peradaban manusia. Akan muncul nanti generasi “genuine” Islam yang memiliki kapasitas minimal dan menanggung amanah itu. Generasi inilah sebenarnya yang pula menjadi prerequisite eksistensi ekonomi Islam.

Jalan menuju terbentuknya generasi itu sudah terlihat, lihatlah kebangkitan golongan menengah muslim di banyak negara muslim, semangat keislaman tergambar dalam prilaku konsumsi dan produksi serta bentukan industri-industri ekonomi, buku-buku Islam menjadi buku terlaris, budaya Islam mengkristal pada setiap aspeknya, politik Islam mulai memunculkan kesadaran kebersamaan Islam (ukhuwwah Islamiyah) seiring dengan tumbangnya pemimpin-pemimpin muslim yang otoriter. Dalam ekonomi negeri-negeri Islam mulai berposisi kuat dan punya bargaining power. Lebih detil lagi, keluarga-keluarga muslim mulai mengenalkan Islam kepada anak-anak mereka sejak dini, mengenalkan baca tulis Al Qur’an, adab Islam, menggunakan nama-nama Islam dan lain sebagainya.

Ya, generasi Islam mulai tumbuh. Sudah dekat masanya bagi putra-putra Islam akhir zaman untuk menunjukkan keberadaannya. Bersiaplah rekan-rekan, jika anda sudah bersedia maju dalam gerbong peradaban ini, jangan malu-malu, jangan setengah-setengah, wakafkan semua yang kita punya. Islam tidak akan tegak dengan piknik dan senda-gurau. Mulailah kita berhitung, lebih banyak kita gunakan untuk apa harta, waktu, tenaga dan pikiran kita? Kita bukan hanya sekedar ingin menegakkan ekonomi Islam, yang kita ingin kibarkan adalah panji-panji peradaban Islam. Oleh sebab itu ia butuh ketekunan dan disiplin, butuh waktu dan konsentrasi, butuh perjuangan dan pengorbanan. Above all, ia butuh kebersamaan, butuh jamaah yang satu langkah dan satu tujuan. Dan yakinlah itu semua bukanlah beban, itu semua adalah kemuliaan dan kehormatan, yang telah juga diusung oleh generasi Islam mulia terdahulu.  Wallahu a’lam.


Ali Sakti

Minggu, 19 Juni 2016

Pencetus Model Tanggung Renteng pada Keuangan Mikro

Grameen model yang digunakan oleh Prof. Muhammad Yunus melalui lembaga Grameen Bank sudah cukup mendunia. Bahkan Prof Yunus telah digelari hadiah Nobel Perdamaian atas jasanya ini dalam upaya menyejahterakan masyarakat miskin. Grameen model merupakan strategi penyaluran kredit melalui kelompok nasabah yang saling menanggung jika terjadi kemacetan kredit pada salah satu anggotanya dengan fokus pada nasabah perempuan. Pendekatan atau model ini terbukti cukup ampuh dalam memberdayakan masyarakat miskin.

Namun tahukah kita, bahwa model ini sebenarnya dipelopori oleh tokoh pejuang mikro Indonesia yaitu Ibu Moesria Zaafril Ilyas, pendiri Koperasi Setia Budi Wanita di Malang tahun 1955 dan Koperasi Setia Bhakti Wanita di Surabaya tahun 1978. Oleh Ibu Moersia, model tersebut dikenalkan dengan istilah Tanggung Renteng. Kedua koperasi yang beliau dirikan menggunakan pendekatan tanggung renteng melalui kelompok usaha ibu-ibu.

Dari manakah inspirasi model pendekatan ini; berkelompok dan fokus pada ibu-ibu? Ternyata pendekatan ini terinspirasi dari kelompok arisan yang dilakukan pertama kali oleh Ibu Moersia dalam memberdayakan ibu-ibu di sekitar rumahnya di surabaya bersama beberapa kawan beliau; Bu Tati, Bu Kadir, Bu Tini dan Bu Atmaji. Fokus pada wanita juga dilandasi atas pemikiran karena wanitalah yang sebenarnya menjadi pelaku kunci dalam keuangan keluarga.

 Silaturahim ke Kediaman Ibu Moersia Zaafril Ilyas


Pada hari Minggu tanggal 19 Juni 2016, kami rombongan peneliti dari Bank Indonesia berkesempatan untuk silaturahim ke kediaman Ibu Moersia Zaafril Ilyas di kota Malang Jawa Timur. Sebelumnya pada hari Jumat tanggal 17 Juni 2016 kami juga berkesempatan mengunjungi Koperasi Setia Bhakti Wanita di kota Surabaya. 

Silaturahim ke Koperasi Setia Bhakti Wanita di Surabaya


Berdasarkan keterangan ibu-ibu pengurus di Koperasi SBW di Surabaya, Prof Muhammad Yunus pernah berkunjung melihat praktek tanggung renteng yang digunakan oleh Koperasi Setia Budi Wanita di Malang dan Koperasi Setia Bhakti Wanita di Surabaya pada tahun 1983. Ibu Moersia Zaafril Ilyas ketika dikonfirmasi dengan sangat merendah mengatakan itu zaman dulu :). Beliau masih begitu semangat bercerita tentang koperasi, bahkan beliau sempat menjelaskan cukup panjang alasan mendirikan koperasi yang menyasar kaum wanita. Beliau selalu mengulang-ulang bahwa apa yang dilakukan agar dapat membantu masyarakat kecil.


Ibu Moersia Zaafril Ilyas

Jejak semangat, kesungguhan dan ketegaran beliau masih nampak pada raut wajah beliau, meski saat ini daya pendengaran beliau sudah berkurang dan berjalan pun sudah dibantu tongkat. Ibu pejuang koperasi ini juga merupakan pejuang kemerdekaan yang sempat dipenjara oleh belanda pada masa kemerdekaan dan dipenjara oleh rezim orde lama karena menentang gerakan komunis Indonesia. Pemaparan terkait koperasi dan model tanggung renteng ini akan ditulis dengan lebih detil pada buku Keuangan Mikro Indonesia yang disusun oleh Tim Peneliti Bank Indonesia. Ditunggu ya :). Kita doakan mudah-mudahan Allah berikan keberkahan bagi Ibu Moersia Zaafril Ilyas atas jasa-jasanya mengembangkan koperasi di indonesia secara umum dan mengenalkan serta mempelopori praktek tanggung renteng bagi kelompok usaha wanita di Indonesia dan dunia. Amin.